05 Maret 2013

"Allah Telah Mengasihi Kita"


1 Yohanes 4:19
“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita”. (LAI-TB)

“We love him, because he first loved us”. (KJV)

Kalimat “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengashi kita” menegaskan kepada kita semua disini dan sekarang ini bahwa kasih kita adalah akibat dari kasih Allah atau dengan kata lain Allahlah sumber atau penyebab yang menyebabkan kita dapat mengasihi-Nya dan mengasihi sesama kita.

ALLAH LEBIH DAHULU MENGASIHI KITA

Peristiwa Natal dan Paskah adalah demonstrasi kasih Allah. Atau dengan kata lain Allah sedang mendemonstrasikan kasih-Nya kepada dunia ini. Demonstrasi kasih Allah ini merupakan jawaban dan jalan keluar dari kebuntuan hubungan Allah dengan manusia yang terlibat dalam ketegangan perseteruan karena manusia telah  memberontak terhadap Allah dan berbuat dosa. Kehadiran Kristus dalam peristiwa Natal sama sekali bukan sedang menunjukkan kemurkaan atau kebencian Allah terhadap manusia, sebaliknya justru Allah sedang mendemonstrasikan jenis kasih yang tidak pernah dimiliki manusia atau mahluk apapun di dunia ini. Paul Tillich pernah mengemukakan bahwa inti dari Injil adalah: “You are accepted”! Anda diterima!

Yesus sang Juruselamat dunia menerima orang-orang berdosa di dalam keberdosaannya. Mereka tidak perlu menunggu sampai cukup “suci” dulu baru boleh datang kepada-Nya. Tidak! Mereka boleh datang setiap saat. Masing-masing datang dengan “kekotoran” mereka. Dan ajaibnya  … mereka diterima! They are accepted! Kalimat ini adalah kalimat cukilan dari pikiran Almarhum Eka Darmaputera.

Pada abad ke-2 seorang bernama Celsus pernah mendebat seorang bapa gereja bernama Origenes mengenai penerimaan orang berdosa di hadapan Allah.

Celsus:
“Biasanya untuk mengundang orang masuk ke tempat kudus, orang berkata: “Dengan segala hormat bagi anda yang bersih tanganya, suci mulutnya, dan putih hatinya  … mari silahkan anda mendekat”

Namun dengarlah siapa yang diundang oleh orang Kristen itu: orang berdosa, bejat, bodoh, dan papa!

Orang Kristen itu mengatakan bahwa orang-orang jahanam dan malang ini akan masuk kerajaan sorga.

Anda bayangkan: kerajaan sorga untuk para perampok, pezinah, pembunuh dan pencuri? Astaga! Kerajaan sorga macam apakah itu?

Origenes menjawab:
Tak salah anda mengatakan bahwa kami mengundang mereka, para jahanam dan orang-orang yang malang. Namun ketahuilah: kami mengundang mereka untuk tujuan tertentu. Kami mengundang mereka untuk membalut luka-luka mereka dengan Injil dan mengobati sakit jiwa mereka dengan iman”

Alkitab membenarkan apa yang dikatakan Origenes. Sebab orang percaya pertama yang masuk ke Firdaus bukanlah Petrus, Yakobus, atau Yohanes tetapi si penjahat yang disalibkan bersama dengan Yesus. You are accepted! John Newton pengarang lagu Amazing Grace (KJ 40 Ajaib Benar Anugerah) pernah menulis demikian: “Hanya dua hal inilah yang ku ketahui … aku adalah pendosa terbesar dan Kristus adalah Juruselamat terbesar …”. Juga Prof. Abineno mengatakan: “Karya penyelamatan Kristus tidak terbatas hanya pada penebusan dosa tetapi juga penyelamatan manusia dari semua akibat dosa: penindasan, kebencian, penderitaan, dan ketidakadilan".

Perdamaian antara Allah dengan manusia menimbulkan dua perubahan kata John Piper: Pertama, Perubahan Status: kita bukanlah lagi menjadi seteru Allah tetapi sekarang menjadi anak-anak-Nya. Kedua, Perubahan Sikap: Allah terhadap manusia: dari murka menjadi belas kasih. Manusia terhadap Allah: dari memberontak menjadi tunduk dan mengasihi Allah. Itulah makna ALLAH TELAH MENGASIHI KITA.

KITA MENGASIHI SEPERTI ALLAH MENGASIHI

Mengasihi seperti Allah bukan sekedar kita meniru cara atau pola tetapi juga menerapkan kasih yang dipergunakan Allah sendiri. Seluruh perikop 1 Yohanes 4 menggunakan kata agape sebagai kasih yang dipergunakan Allah dan yang Allah perintahkan agar kita memakainya. Penyakit orang Kristen sekarang adalah menukar atau memalsukan kasih Allah. Jangan membajak kasih Allah dengan kasih alamiah: eros, storge, dan filia. Bila Allah mengasihi secara agape maka kita juga, artinya kita mengasihi seperti Allah sekali lagi bukan sekedar cara tetapi isi dari kasih itu sendiri yang sama seperti yang dimiliki Allah karena bersumber dari Allah sendiri juga.

Sekarang bila Allah telah mendemonstrasikan kasih-Nya kepada kita mengapa sebaliknya kita malah masih asyik mendemonstrasikan kebencian kita, kekerasan hati kita, dendam kita, kejengkelan dan sentimen kita yang tidak berujung, ketidaksukaan kita pada seseorang, ketiadaan pengampunan dari kita, serta perseteruan-perseteruan kita.

Mengapa kita lebih suka bila orang lain jatuh?
Mengapa kita lebih suka menjelekan orang lain?
Mengapa kita lebih suka menjatuhkan orang lain?
Mengapa kita lebih suka menyimpan kemarahan dan dendam berlama-lama daripada mengambil sikap mengampuni atau meminta pengampunan dari orang lain?

Eka Darmaputra pernah menulis sebuah otokritik buat gereja-gereja yang kerjaannya hanya bertengkar dan tidak menyumbang apa-apa bagi perdamaian lingkungan sekitarnya, bangsa, bahkan bagi dunia. Eka menyebut dengan sarkastis kehadiran gereja di tanah air seperti: “anjing buduk, yang dikejar-kejar dan dilempar-lempar, just for fun!” Gereja karena ego dan kekerasan hatinya telah kehilangan kredibilitasnya di hadapan penguasa maupun di mata rakyat. 

Yakobus (Yak 4:1-3), memberitahu kita akan hilangnya kasih di antara orang percaya: “Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? 
Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. 
Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu”. 

Rupanya Yohanes (1 Yohanes 4:20) sudah mengantisipasi situasi dari mereka-mereka yang begitu mengagumi kasih Allah tetapi tidak mengenakan pada dirinya sendiri: 
“Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya”.

Akhirnya Eka berkata: “mari kita hidup bersama-sama, supaya bersama-sama hidup”.

Kotbah Perayaan Natal Sinode GKO
Sabtu, 5 Januari 2013 di GKO Bekasi 3 – pkl. 17.00 wib


Daniel Zacharias 
education from womb to tomb

Awas, Mengguritanya Pornografi!!!

Pornografi akhir-akhir semakin menggurita dan nyaris tak terkendali. Sebuah majalah papan atas negeri ini pun menyajikan data soal XXX di Internet di akhir Januari kemarin (TEMPO Edisi 28 Jan-3 Feb 2013 hal. 12). Rupanya kekuatan persebarannya semakin diuntungkan dengan adanya media internet. Tak bisa kita pungkiri bila pornografi online adalah bisnis menggiurkan yang bernilai miliaran dollar setiap tahun. Bahkan sejak 1980-an, ketika masih dalam bentuk ASCII, materi pornografi telah mulai diperdagangkan di jaringan internet. Lalu pada tahun 1990-an, seiring dengan berkembangnya word wide web atau www, situs porno mulai muncul dimana-mana.

Berikut ini data yang dihimpun TEMPO dari onlinemba.com, toptenreviews.com, psychologies magazine, dan vissual.ly:

  • Secara global bisnis Internet porno bernilai US$ 4,9 miliar atau Rp 47,1 triliun.
  • 12% situs di internet bertema pornografi artinya ada sekitar 24.644.172 situs.
  • Setiap detik, 28.258 pasang mata memelototi materi pornografi di Internet.
  • 11 tahun adalah usia rata-rata seorang anak mulai mengakses pornografi online.
  • 6 menit 29 detik lama dari rata-rata setiap kunjungan ke situs porno.
  • US$ 3.07 atau Rp 29,6 juta dibelanjakan untuk materi pornografi.
  • 1 dari setiap 3 pengakses situs porno adalah wanita.
  • 70% pria yang mengunjungi situs porno setiap bulan berusia 18-24 tahun.
  • 20% pria mengaku mengakses pornografi di tempat kerja, sedangkan untuk perempuan sebesar 13%.
  • Setiap hari ada sekitar 2,5 milliar e-mail yang berisi materi pornografi. Tapi itu baru merupakan 8% dari semua e-mail.
  • 40 juta orang Amerika Serikat mengunjungi situs porno secara teratur.
  • Di Amerika, situs porno menghasilkan US$ 2,84 miliar atau sekitar Rp 27,3 trilius setiap tahun.
Dalam Roma 13:13, Tuhan berfirman:
"Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati". 


Daniel Zacharias 
education from womb to tomb

Pengakuan Iman Yang Mendatangkan Ucapan Syukur

Ulangan 26:1-11; Maz 92:1-2, 9-16; Roma 10:813; Luk 4:1-13

Mengucap syukur adalah bagian dari keseharian orang percaya. Seyogyanya ucapan syukur bukanlah sebuah barang mewah. Siapapun bisa saja memilikinya atau mengalaminya serta menyatakannya sejauh orang menyadarinya.

Berikut ini kita coba telusuri berbagai alasan mengapa orang bersyukur. Ada berbagai alasan mengapa si Polan dan Dadap menyatakan rasa terima kasih mereka kepada Tuhan. Bisa jadi mereka bersyukur karena hidup mereka berkecukupan; atau karena mereka merasa doa-doa mereka terjawab seperti yang mereka inginkan; atau karena pasangan hidup mereka penuh pengertian dibandingkan dengan pasangan lain di gereja; bisa juga karena pekerjaan mereka baik-baik saja bahkan ada kecenderungan karir mereka akan semakin mengkilap; atau karena faktor keluarga mereka yang sehat-sehat dan rukun-rukun saja. Namun, apakah yang akan terjadi bila tiba-tiba situasi tenang dan nyaman itu tiba-tiba berbalik? Pertanyaannya adalah apakah baik Polan maupun Dadap masih akan terus bersyukur?

Bila mereka berdua tak lagi bersyukur dalam situasi yang bergerak sebaliknya maka hal itu berarti ucapan syukur mereka adalah ucapan yang semata-mata lahir dari situasi baik dan zona nyaman dan belum tentu hal tersebut merupakan ekspresi iman yang kuat. Oh, apakah memamng beda? Ya tentu saja beda, bahkan sangat jauh berbeda. Karena mereka yang ucapan syukurnya disandarkan pada hari-hari atau situasi baik tidak akan bahkan tidak akan pernah mampu mengucap syukur saat mengalami "apa yang buruk dari Tuhan". Dan sebaliknya mereka yang ucapan syukurnya disandarkan pada iman yang sejati, maka bagaimanapun situasi yang berbalik itu hadir, mereka masih sanggup bersyukur pada Allah.

Iman yang sanggup hadir dalam situasi senang maupun dalam situasi yang buruk dapat disebut 'iman amphibi', iman yang bertahan di dua situasi yang dapat berubah kapan saja. Di PL, tokoh Ayub, adalah sosok yang bersyukur tatkala berada di puncak kejayaannya, dan saat semua kejayaannya lenyap hanya dalam satu hari, Ayub merespon: "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah Tuhan" (Ayub 1:26). Melalui kenyataan dan uraian di atas kita seolah ditantang untuk menguji jenis ucapan syukur kita sendiri.

Ulangan 26:1-11 menggambarkan ucapan syukur yang ditunjukkan melalui persembahan. Hal tersebut muncul dari apa yang disebut pengakuan atau penghayatan iman bangsa Israel atas pemeliharaan Allah. Nas ini menegaskan betapa ucapan syukur sesungguhnya merupakan respon iman bukan semata provokasi situasi.

Sementara itu dalam Maz 92:1-2; 9-16 pemazmur menggambarkan bahwa orang yang hidup komit dalam kebenaran masih akan mengalami fitnah, tudingan, tuduhan, tekanan, bahkan ancaman. Nas ini menegaskan bahwa pemazmur bersyukur oleh karena imannya yang mengakui bahwa Allah melindungi orang benar sesulit apapun situasi mereka.

Dalam Roma 10:8-12, Rasul Paulus menaikkan syukur kepada Allah karena keyakinan imannya yang meyakini bila Allah telah mengaruniakan keselamatan hidup yang kekal. Ketiga bacaan, baik Ul 26, Maz 92, maupun Ro 10 sama-sama menggambarkan betapa pengakuan iman yang muncul atas hal-hal yang berbeda pun tetap mendatangkan ucapan syukur.

Kita lanjutkan pembahasan seputar ucapan syukur yang berangkat dari pengakuan iman dengan menelusuri Lukas 4:1-13. Yesus Kristus menjadi teladan bagi manusia yang memegang iman kepada Bapa-Nya ketika Iblis menggempur-Nya sedemikian rupa. Gempuran Iblis adalah gempuran yang ingin menggeser prioritas hidup manusia dari berpusat pada Allah kepada diri mereka sendiri. Strategi Iblis dengan megincar wilayah kebutuhan perut, kebutuhan menguasai, dan kebutuhan dihargai dimaksudkan agar bila manusia kehilangan pengkuan imannya maka ia juga pasti akan kehilangan ucapan syukurnya. Syukurlah ternyata Kristus berjuang dalam kemanusiaan-Nya untuk menolong manusia melihat prioritas dan ke arah mana mereka mempersembahkan rasa hormat dan rasa kagum mereka selain hanya kepada Sang Bapa yang Kekal.

Sekarang persoalan bukan lagi di padang gurun tetapi di dunia modern yang penuh ketandusan iman karena manusia modern justru jatuh bergelimpangan di wilayah-wilayah yang Yesus sudah tunjukkan kemenangan di atasnya. Hal tersebut disebabkan karena manusia modern tidak mau belajar meneladani Kristus yang memiliki fokus vertikal yang tak tergoyahkan dari Bapa-Nya; juga karena iman yang mereka miliki adalah iman benih yang tak pernah mereka ijinkan untuk dilatih ototnya sehingga tidaklah mengherankan bila iman aktual mereka cuma tahan dalam situasi tenang atau tak mampu bertahan dalam krisis.

Akhirul kalam, latihlah iman kita dan tetap jaga fokus vertikal kita pada sang Bapa, sehingga sesulit apapun situasi yang harus kita hadapi kita masih bisa bersyur dan berkata: "Semua baik, semua baik".

Daniel Zacharias
(dikotbahkan di GKI Maleo Raya - Minggu PraPaskah I - di Ibadah pkl. 19.00-20.30 wib)

31 Januari 2013

Tuturan Dalam Bahasa Lole


Tuturan Dalam Bahasa Lole
(Ballad in ritual poetry, in the Lole language)
Lole, Rote, 12 December 2004


Anggama Salanik ma Susula Malalaok neni Lote do Kale[ii] neu tutuin.
Sejarah kedatangan Agama Kristen dan Alkitab ke Rote atau Kale.
The history of the coming of the Christian Religion and the Bible to Rote (also known as Kale).

Lole faik ia dalen do lada ledok ia tein,
Pada hari ini atau di saat ini,
Today and at this moment,

Ita tonggo langga teu esa tesa bele-tatau nai’ Manetualain Uman ia.
Kita berjumpa muka menjadi satu hadir di Rumah Allah ini.
We meet face to face in unity and fellowship here in the House of God.

Do ita lima ndaa teu dua tama bele o’ota nai Lamatuak Loon ia.
Atau kita bersua tangan menjadi dua berada di Kemah Tuhan ini.
And we hold hands as we enter two-by-two into the Tabernacle of the Lord.

Tute huu hataholi Heti Lole[iii] sangga simbo Susula Malalaok dede’a Heti Lole.
Karena orang Heti Lole akan menerima Kitab Suci dalam bahasa Heti Lole.
Because the Heti Lole people will receive the Holy Scriptures in the Heti Lole language.

Kalu huu andia na Ningga Lada sangga simbo Susula Malalafuk dede’a Ningga Lada.
Sebab insan Ningga Lada mau menyambut Kitab Kudus dalam bahasa Ningga Lada.
And because the inhabitants of Ningga Lada (=another name for Lole) want to welcome the Bible in the Ningga Lada dialect.

Huu ndia de au hule neu ama sala,
Karena itu saya meminta kepada bapa-bapa,
That is why I request you gentlemen,

Ma au tai-boni neu ina sala,
Dan saya memohon kepada ibu-ibu,
And I appeal to you ladies,

Fo ita tasaneda ndandaa neu hida bei hata naa,
Agar kita mengingat akan waktu nan lampau,
For us to recall together a time long ago,

Ma ita tafalende lololo neu dato bei doon ele,
Dan kita mengenang pada masa nan silam,
And reminisce about a story in the distant past,

Neu lelek hataholi Lote bei songgo nitu,
Di saat orang Rote masih menyembah setan,
When the people of Rote still worshipped evil spirits,

Neu tembok andia na Kale bei tanggu mula,
Di masa insan Kale masih berhala iblis,
And when the inhabitants of Kale (=Rote) still revered the devil,

Neu lelek manetua tuni tenak,
Di saat yang besar menjajah yang kecil,
At a time when those in authority oppressed the commoners,

Neu tembok kamasu’in ndeni hata taak.
Di masa yang kaya memeras si miskin.
An era when the rich exploited the poor.

De falu-ina[iv] la ala dadi lai Lote,
Hingga para janda menjadi jadi di Rote,
So that widows began to appear on Rote,

Ma ana-maa[v] la ala moli lai Kale,
Sampai yatim-piatu bermunculan di Kale,
And orphans began to spring up around Kale,

Falu-ina la ala lumata bese kedu huu ala to’a bele-dodoi,
Para balu janda menangisi nasib derita nan tak kunjung henti,
The widows wept for their fate of a suffering that never ceased,

Ma ana-maa la ala pinu-idu bese-bota huu ala taa bele-dodoso.
Dan para yatim piatu meratapi takdir sengsara nan tak putus.
And the orphans lamented their destiny of on-going misery.

Langgou ngganggali loke lemba la’e,
Mereka berteriak meminta bantuan,
They cried out asking for help,

Ma laloo lelea tai-boni doi-sou,
Dan mereka menjerit memohon pertolongan,
And they screamed pleading for assistance,

Tehuu mana lemba la’e tana losa,
Namun penolong tak kunjung sampai,
However the one providing help never came,

Tehuu mana doi-sou tana nduku.
Tapi pemberi bantuan tiada tiba.
And the one giving assistance never appeared.

De ketu falu-ina la namahenan,
Lalu para balu-janda berputus harap,
So the widows gave up hope,

Ma ladi ana-maa la nakabanin.
Dan para yatim-piatu berputus asa.
And the orphans lost heart.

Huu ndia de Mane Heti Lole do Ningga Lada fo Ndi’i Hu’a ana dale hedi,
Karena itu Raja Heti Lole atau Ningga Lada, yakni Ndi’i Hu’a bersedih hati,
Because of that, the King of Heti Lole or Ningga Lada (=Lole) named Ndi’i Hu’a was sad,

Ma Boko Tada Muri do Rene Kona[vi] fo Foe Mbura ana tei sona,
Dan Raja Tada Muri atau Rene Kona (=Tii), yakni Foe Mbura berduka lara,
And the King of Tada Muri or Rene Kona (=Tii, neighbouring domain), named Foe Mbura was in grief,

Huu susuek do lalaik taa nai Lote,
Karena kasih atau cinta tak ada di Rote,
Because love and affection were not to be found on Rote,

Huu ndolu do lela taa nai Kale.
Karena tak ada hikmat atau bijak di Kale.
And because wisdom and knowledge did not exist on Kale.

Dua sala du’a sangga ndolu,
Mereka berdua berpikir mencari hikmat,
The two of them thought they should seek wisdom,

Dua sala afi tungga lela.
Mereka berdua bermaksud mengusahakan bijak.
The two of them wanted to pursue knowledge.

Dua sala dalek esa dudu’an lo Mane Pena Pua do Baka Lama[vii] fo Toudengga Lilo,
Mereka berdua sepikir dengan Raja Pena Pua atau Baka Lama (=Ba’a), yakni Toudengga Lilo,
Both of them were of one accord with the King of Pena Pua or Baka Lama (=Ba’a, neighbouring domain), named Toudengga Lilo,

Ma dua sala teik esa a’afin lo Boko Danda Nane do Nggede Kee[viii]fo Ndala Naong.
Dan mereka berdua sepakat dengan Raja Danda Nane do Nggede Kee(=Lelain), yakni Ndala Naong.
And the two of them were in agreement with the King of Danda Nane or Nggede Kee (=Lelain, neighbouring domain), named Ndala Naong.

De ala lakandolu tonda ofan do lalela balu-paun.
Lalu mereka membuat perahu atau membangun kapal.
So they made a boat and built a ship.

Boe ma ala fee nunade tonda ofan nade Sangga Ndolu,
Lalu mereka menamakan perahu itu dengan nama Sangga Ndolu (“Cari Hikmat”),
Then they named the boat Sangga Ndolu (“Seeking Wisdom”),

Ma ala bala-tona balu-paun nade Tungga Lela[ix]
Dan mereka menamai kapal dengan nama Tungga Lela (“Ikut Bijaksana”).
And they called the ship Tungga Lela (“Pursue Knowledge”).

Neu fai foon de ledo ekon,
Di saat yang tepat atau waktu yang benar,
At the right time and the appropriate moment,

Dua sala laba lala balu-paun do ala tingga lala tonda ofan.
Mereka berdua menaiki kapal atau memasuki perahu.
The two of them boarded the ship and embarked on the boat. (This took place around 1728.)

Ala leko laa benggiti de lalida laa leu,
Mereka mengatur layar lalu bersayap layar pergi,
They raised the sail and spread their wings to go,

Ala pale uli betidi de la’ei tuku leu,
Mereka mengarah kemudi lalu berkaki dayung pergi,
They set the rudder and poled out to leave,

Ala tada ani ii esik sain mana momodon,
Mereka menampung angin melalui lautan biru,
They caught the wind and sailed across the deep blue sea,

Ala sida lii tungga liun mana nggenggeon.
Mereka mengelak ombak menyemberangi samudera hitam.
They skillfully steered the waves and crossed the black ocean.

Ala tuli Sapi Dape do ala ladi Bebe Ino.[x]
Mereka menyinggahi Sapi Dape atau menghampiri Bebe Ino (=Bali).
They stopped in at Sapi Dape and approached Bebe Ino (=Bali).

Ala nafu leu Jaba Dipa[xi] daen do ala see leu Matabi oen.[xii]
Mereka berlabu di tanah Jawa atau bersandar di Batavia.
They anchored at the land of Jaba Dipa (=Java) and came to rest at Matabi (=Batavia/Jakarta).

Ala latonggo lo pandita lou fulak Olanda.
Mereka bertemu muda dengan pendeta berkulit putih Belanda.
They met a white-skinned Dutch preacher.

Ma ala laneta lo mese mata meok Olanda.
Mereka berjumpa dengan guru bermata biru Belanda.
And they encountered a blue-eyed Dutch teacher.

Tehuu kokola nala tala lato’uk do dede’a nala tala latutik,
Namun bahasa mereka tidak bersambung,
But what they said could not be understood and their languages were not intelligible,

Huu esa ko kokolan do dede’an.
Karena masing-masing dengan bahasa-nya.
Because each of them had their own different language.

De ala sakola lanoli dede’a Malai,
Jadi mereka bersekolah belajar bahasa Malayu,
So they went to school and learned the Malay language,

Bei fo lafada sila mamain do ala tui sila hihiin.
Baharu mereka mengatakan maksud mereka dan menceritakan keinginan mereka.
Before they could explain the purpose of their coming and tell of their desires.

Boe ma pandita la lanoli sala Manetualain Hala Malolen,
Lalu para pendeta mengajar mereka Kabar Baik dari Allah (yaitu Injil),
Then the preachers taught them the Good News from God (=Gospel),

Ma mese anggama la lafada sala Lamatuak Yesus Dala Sodan.
Dan guru-guru agama mengajar mereka Jalan Keselamatan Tuhan Yesus.
And the religious teachers explained to them the Way of Salvation of the Lord Jesus.

Boe ma dua sala ala sale dalek ma tuke-teik.
Lalu mereka berdua menyesal dosa dan bertobat.
Then they regretted the things they had done wrong and repented.

Ala salani Mane Ndi’i Hu’a nade Balsasar Paulus Zacharias.
Mereka membaptis Raja Ndi’i Hu’a bernama Balsasar Paulus Zacharias.
They baptized King Ndi’i Hu’a with the name Balsasar Paulus Zacharias.

Ma ala salani Mane Foe Mbura nade Benyamin Messakh.
Dan mereka mempermandikan Raja Foe Mbura bernama Benyamin Messakh.
And they baptized King Foe Mbura with the name Benyamin Messakh.

Ala tabis asa dadik pandita (Inlandsch leeraar).
Mereka ditabis menjadi pendeta (guru jumat).
They were ordained as preachers (native lay preachers in the Dutch system).

Ma ala so’u sala dadik mese sakola.
Dan mereka diangkat menjadi guru sekolah rakyat.
And they were appointed as elementary school teachers.

Boe ma ala fali leni Lote daen leu,
Lalu mereka pulang ke pulau Rote,
Then they went back to the island of Rote,

Do ala tulek leni Kale oen leu.
Atau mereka kembali ke tanah Kale.
And they returned to the land of Kale.

Ala losa Lote daen do Kale oen,
Setibanya mereka di pulau Rote atau tanah Kale,
Upon their arrival back at the island of Rote and the land of Kale,

Boe ma Mane Lole Balsasar Paulus Zacharias nanggou ngganggali Manetualain Hala Malolen neme Mandoo[xiii] lain Lole mai,
Lalu Raja Lole Balsasar Paulus Zacharias memberitakan Kabar Baik dari Allah dari atas Mandoo Lole,
Then the King of Lole, Balsasar Paulus Zacharias, proclaimed the Good News from God throughout Lole from the palace at Mandoo,

Ma Mane Tii Benyamin Messakh naloo lelea Lamatuak Yesus Dala Soda Mandaan neme Fiulain[xiv] Tii mai.
Dan Raja Tii Benyamin Messakh mengabarkan Jalan Keselamatan Tuhan Yesus dari Fiulain – Tii.
And the King of Tii, Benyamin Messakh, taught the Way of Salvation of the Lord Jesus from the fort at Fiulain in Tii.

Manetualain Hala Malolen nanatuik basa Lote de ana tasi losa Savu, Helok[xv] ma Liti-Lifun. [xvi]
Kabar Baik dari Allah diberitakan ke seluruh Rote dan menyeberang ke Sabu, Semau dan Timor.
The Good News from God was told throughout all of Rote and then crossed the sea to Savu, Semau and Timor.

Lamatuak Yesus Dala Soda Mandaan nanabenggak losa basa Kale de ana ladi lee losa Savu, Helok ma Liti-Lifun.
Jalan Keselamatan-Nya Tuhan Yesus disiarkan ke seluruh Kale lalu menyeberang ke Sabu, Semau dan Timor.
The Way of Salvation of the Lord Jesus spread throughout Kale, then continued until reaching Savu , Semau and Timor.

Tehuu losa lole faik ia dalen do lada ledok ia tein tetun bei taa do teman bei taa,
Namun hingga saat ini belum lengkap atau belum sempurna,
However to this day and until this moment, it is incomplete and has not been fully realised,

Huu hataholi taa nambakai dai Susula Malalaok Malain tutudan huu sakolan tana losa,
Karena orang tidak mampu mengerti maksud Alkitab bahasa Indonesia karena pendidikannya tidak sampai,
Because people were not able to understand the meaning of the Malay Bible, since they did not have enough education,

Huu andia na taa nalelak nabe’i Susula Malalafuk Indonesian ndandaan huu malelan tana ndukun.
Karena insan tidak mampu memahami tujuan Kitab Suci bahasa Indonesia karena sekola tak lanjut.
Because the populace were not able to comprehend the Scriptures written in Indonesian, since their knowledge was not sufficient.

Tehuu ma’uak do manalek neu Malangga Sinode GMIT.[xvii]
Namun berbahagia kepada Ketua Sinode GMIT.
However we are grateful to the head of the GMIT Synod (=main protestant church in the region).

Dalek esa dudu’an no UNKRIS[xviii] ma Salani Amerika,
Sehati dengan UNKRIS dan gereja Amerika,
And equally thankful to UNKRIS (local Christian univ.) and to Christians in America,

Do teik esa a’afin no Arafura Consulting and Training Services.
Atau sepakat dengan Arafura Consulting and Training Services.
For making an agreement with Arafura Consulting and Training Services (ACTS = their link to Bible agencies).

De ala ue-osa leu esa lo Lote ana nala do Kale umbu nala,
Mereka bekerja sama putera-putera Rote,
They worked and laboured together with the native peoples of Rote, and the children of Kale.

Fo ala tao Susula Malalaok isin neni dede’a Lote neu,
Mereka menerjemahkan isi Alkitab Suci dalam bahasa Rote,
They translated the contents of the Holy Bible into the languages of Rote,

Do ala lakalala’ok Susula Malalafuk liin neni dede’a Kale neu
Atau mereka menyalin Kitab Suci ke dalam bahasa Kale
And they transferred the message of the Holy Scriptures into the dialects of Kale.

Huu ndia de sila tatao-nono’in nabuna ma naboa so.
Karena itu maka pekerjaan mereka telah membuahkan hasil.
That is why their work and their efforts have born fruit and produced results.

De lole faik ia dalen do lada ledok ia tein,
Sehingga hari ini dan pada saat ini,
So that up to now and even at this moment,

Ele leo bee na, susuek neme Amak Manetualain ma Lamatuak Yesus Kristus mai, fo ita ketu-kolu ita tolanoo nala mbuse-titin, no namahenak do nakabanik, takaboi–tasamao neu lalaun, fo huun ana leloaka ma doon ana laifata, fo nabuna sodak taa mana ketuk nai nusa-sodak, ma naboa molek taa mana basak nai Inggu Molek.
Biarlah dengan kasih sayang dari Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus agar kita panen jerih – lelah dari saudara-saudara kita, dengan harapan kita memupuknya hingga subur, lalu berbunga dan berbuah hidup yang di Surga.
May the love of God the Father and the Lord Jesus Christ allow us to bring to harvest what our brothers and sisters have planted with faith and trust, so that our hope and service can cultivate what they have planted, in order to blossom into a fertile harvest of eternal life in heaven, and bear everlasting fruit in paradise.

Suek Manetualain ma Ana Mane Kisan Yesus Kristus naden nana koa-kiok ma nana lukutelek losa dodoon na neu.
Agar nama Allah Bapa dan Anak yang Tunggal yaitu Yesus Kristus di puji dan di sembah hingga selama-lamanya.
So that the name of Almighty God and His Only Son Jesus Christ will be praised and worshipped throughout eternity.

Makasi
Terima kasih
Thank You


www.wysite.org/sites/cbgrimes 1 ©2004 Albert Zacharias

[i] Albert Zacharias is a descendant of the king of Lole that has a part in this ballad. He is also one of the translators working on translating the Bible into the everyday language of Lole. Albert composed and adapted this ballad for the occasion of the dedication of the Gospel of Mark in the Lole language. He also did the translations into Indonesian and English. It appears as he made it, with a few minor editorial adjustments to the spelling and translations, some clarifications for an uninformed audience, with some guesses here and there by Charles E. Grimes.
[ii] Lote do Kale = Nama pulau Rote (two names of the island of Rote).
[iii] Heti Lole do Ningga Lada = nama kerajaan Lole (two names for the domain of Lole).
[iv] Falu-ina = Balu/janda adalah orang yang paling miskin (widows are seen as the poorest most unfortunate of all people).
[v] Ana-maa = Yatim-piatu adalah orang yang paling miskin (orphans are also seen as the poorest most unfortunate of all people).
[vi] Tada Muri do Rene Kona = Nama kerajaan Tii (names for the domain of Tii).
[vii] Pena Pua do Baka Lama = Nama kerajaan Ba’a (names for the domain of Ba’a).
[viii] Danda Nane do Nggede Kee = Nama kerajaan Lelain (names for the domain of Lelain).
[ix] Sangga Ndolu do Tungga Lela = Nama perahu ke Batavia (Cari hikmat dan bijaksana); name of the boat they took to Batavia (Seek Wisdom and Pursue Knowledge).
[x] Sapi Dape do Bebe Ino = nama pulau Bali (names for the island of Bali).
[xi] Jaba Dipa = nama pulau Jawa (name for the island of Java).
[xii] Matabi = nama Batavia (name for Batavia, now Jakarta).
[xiii] Mandoo = Nama istana darurat/benteng pertahanan Lole. Di sini sekolah dan gereja pertama didirikan. (Name of the temporary palace and defensive fort in Lole. This is where the first school and church were erected in Lole.)
[xiv] Fiulain = Nama istana darurat/benteng pertahanan Tii. Di sini sekolah dan gereja pertama didirikan. Pada jaman Belanda, nusak Tii sering ditulis ‘Thie’ walaupun tidak ada dasar ilmu bahasa untuk /th/ ataupun /ie/. [red.] (Name of the temporary palace and defensive fort in Tii. This is where the first school and church were erected in Tii. During the Dutch era, the domain of Tii was often written ‘Thie’, even though there was no linguistic justification for either /th/ or /ie/. It is a Dutch-biased spelling. [ed.] )
[xv] Helok = pulau Semau (the island of Semau).
[xvi] Liti-Lifun do Soe-Tata = nama pulau Timor (names for the island of Timor).
[xvii] GMIT = Gereja Masehi Injili di Timor (Evangelical Protestant Church of Timor).
[xviii] UNKRIS = Universitas Kristen Artha Wacana, Kupang (Artha Wacana Christian University in Kupang).
www.wysite.org/sites/cbgrimes 6 ©2004 Albert Zacharias www.wysite.org/sites/cbgrimes 7



Daniel Zacharias 
education from womb to tomb