Murid Bandel Bernama Mark Eklund

05 December 2011

Mark

 

Anak ini adalah salah satu murid kelas 3 di SD Saint Mary di Morris, Minnesota. Saya ditugasi mengajar di kelas ini. Dari  34 murid, semuanya patuh pada saya, kecuali seorang murid bernama Mark Eklund.

Penampilannya anak ini sangat rapi, tapi dia sangat aktif. Mark senang sekali ngobrol ketika diajar. Saya berkali-kali harus menegur dia. Yang membuat saya terkesan adalah reaksinya setiap kali saya tegur. Dengan wajah tulus dia berkata,"Terimakasih, Bu karena telah menegur saya." Pertama kali, saya terkejut mendapat tanggapan seperti itu, tetapi lama-kelamaan saya terbiasa mendengarnya.

Suatu hari kesabaran saya habis ketika melihat Mark bicara terus dan saya pun melakukan kesalahan yang biasa dilakukan oleh guru yang masih pemula.  Saya berkata pada Mark, "kalau kamu ngomong lagi, maka saya akan memplester mulutmu." Belum ada sepuluh detik, ketika Chuck melapor, "Bu, Mark ngomong lagi." Saya sebenarnya tidak menyuruh murid lain untuk mengawasi Mark, tapi karena saya sudah menyebutkan hukuman di depan kelas, maka saya harus konsisten. Saya berjalan ke meja saya, menarik laci dan mengambil gulungan plester. Tanpa berkata sepatah kata pun saya menuju ke meja Mark, menyobek dua lembar plester dan menempelkan di mulut Mark hingga membentuk huruf "X". Saya kembali ke meja saya sambil melirik ke arah Mark. Dari sudut mata saya melihat Mark mengedipkan mata kepada saya. Seketika itu juga saya tidak bisa menahan tawa saya.  Saya berbalik ke meja Mark dan membuka plesternya sambil menggeleng-gelengkan kepala.  Kata pertama yang keluar dari mulut Mark, "Terimakasih, Bu, karena sudah menegur saya."

Di akhir tahun, saya diminta mengajar matematika di tingkat  SMP. Beberapa tahun kemudian, Mark kembali menjadi murid saya lagi. Dia tampak lebih tampan dan semakin sopan. Dia mendengarkan pelajaran dengan tekun dan tidak banyak ngomong. Pada hari Jum'at, kami mengalami hari yang berat. Saya mengajarkan konsep yang baru yang sangat rumit. Saya merasakan suasana yang tegang. Siswa tampak frustasi. Maka saya memutuskan menghilangkan suasana yang tidak enak ini.

Saya lalu minta siswa melupakan sejenak pelajaran yang sedang dihadapi. Saya minta mereka mengambil selembar kertas, lalu menuliskan nama teman-teman mereka dengan memberi jarak di antara nama itu. Kemudian saya meminta mereka menuliskan hal-hal baik yang dimiliki teman-temannya. Setelah itu menuliskan di bawah namanya. Saya lalu minta kertas-kertas itu dikumpulkan kepada saya. Saat menyerahkan kertas itu, Mark berkata,"terimakasih karena sudah mengajar saya, Bu. Selamat berakhir pekan."

Hari Sabtu, saya menuliskan nama setiap murid pada setiap lembar kertas yang terpisah.  Saya lalu menuliskan kebaikan-kebaikan yang dikatakan teman-temannya tentang dirinya. Hari Senin saya membagikan lembaran itu pada murid-murid.  Semua murid tampak senang. Berbagai komentar muncul: "Benarkah?", "Saya tidak menyadari kalau disenangi teman", "Saya tidak tahu kalau punya hal baik seperti ini."

Mark e

Beberapa tahun berlalu, saya sudah melupakan hal itu.  Suatu hari, ketika saya pulang dari berlibur, ayah dan ibu saya menjemput di bandara. Tidak seperti biasanya, sikap kedua orangtuaku terlihat aneh. Ibu memberi kode sesuatu pada ayah.  Ayah lalu berdehem. Saya berdebar-debar karena tahu kebiasaan ini dilakukan Ayah sebelum berbicara masalah yang sangat penting. "Tadi malam keluarga Eklund menelepon kita," katanya. "Benarkah? Wah, saya lama sekali tidak berjumpa Mark.  Bagaimana kabarnya, ya?" tanya saya. Sekali lagi Ayah berdehem. "Mark terbunuh di Vietnam," jelas Ayah pelan. "Pemakamannya besok pagi dan orangtuanya minta kamu untuk datang." 

 

Saat melayat, saya melihat wajah Mark yang sangat gagah dan dewasa dengan seragam militernya. "Mark, saya mau memberikan semua plester di dunia asalkan kamu mau bicara lagi," kata saya dalam hati sambil mengamati wajahnya. Banyak teman-teman Mark yang datang melayat. Selesai penguburan mantan teman-teman sekelas Mark dan saya berkunjung ke rumah orangtuanya. Ayah dan ibunya terlihat sengaja menunggu kedatangan saya. "Kami ingin menunjukkan sesuatu pada Anda," kata ayah Mark. Dia mengeluarkan sesuatu dari dompetnya. "Benda ini selalu dibawa Mark kemana-mana. Saya kira Anda mengenalnya" Dengan hati-hati dia membuka lipatan kertas yang mulai lusuh itu. Tampaknya kertas itu sudah dibuka dan dilipat berkali-kali. Saya segera mengenali kertas itu yang berisi daftar hal-hal baik yang dipunyai Mark. Saya yang menuliskannya di kertas itu berdasarkan tulisan teman-temannya.

 "Terimakasih untuk hal ini," kata ibu Mark. "Mark sangat  menghargai benda ini." Teman-teman sekelas Mark ikut berkumpul. "Saya masih punya daftar itu. Saya meletakannya di dalam laci meja saya," kata Charlie sambil tersenyum. Istri Chuck berkata,"Chuck minta saya menaruh daftar itu di dalam album pernikahan kami." "Saya juga masih menyimpan. Saya simpan di buku harian." Kemudian Vicki membuka buku sakunya dan menunjukkan kertas yang berisi daftar kebaikannya. "Saya yakin, kita semua menyimpan daftar itu," kata Vicki dengan mata berbinar-binar.

Saya menjadi sangat terharu.  Saya duduk dan menangis.

 

 

Kepercayaan yang Tak Sia-sia

04 December 2011

ChELIE

 

Apakah Anda pernah mendengar kisah Charlie Riggs? Lebih dari lima puluh tahun lalu, dia menyerahkan hidup pada Kristus. Dia lalu dimuridkan oleh orang muda bernama Lorne Sanny, yang pernah dimuridkan oleh Dawson Trotman, pendiri Navigator.

Charlie rindu sekali bertumbuh dalam Kristus, tetapi kemajuannya sangat lambat dan tidak cocok menjadi pemimpin. Suatu saat Lorne menulis surat pada Dawson Trotman. Dia mengeluh karena hanya punya Charlie Riggs sebagai rekan kerja, dan menilai bahwa Charlie tidak punya bakat. Trotman membalas surat,“tetaplah bersama dia.  Anda tidak tahu rencana Tuhan bagi dia." Maka Lorne Sanny tetap bekerja bersama Charlie Riggs.

Beberapa tahun kemudian, ada seorang pengkotbah muda bernama Billy Graham yang namanya mulai terkenal. Tahun 1952, Navigator “meminjamkan” Charlie Riggs pada tim Billy Graham untuk melakukan pelayanan follow-up dari setiap KKR yang diadakan Billy Graham. Charlie mempunyai rencana untuk segera kembali ke Navigator begitu tugasnya di tim Billy Graham sudah selesai. Namun rupanya dia dinilai bekerja dengan baik, sehingga diminta tetap bergabung.

Tahun 1957, Billy Graham akan mengadakan KKR di tempat yang sangat terkenal di New York, yaitu di Madison Square Garden.  Tiba-tiba ketua panitia KKR harus diganti. Siapa yang bisa menggantikannya? Ketua jemaat menyarankan agar posisi itu diserahkan pada Charlie Riggs, tetapi Billy Graham masih ragu-ragu. “Yang bisa dia lakukan adalah berdoa dan mengutip ayat Alkitab,” kata Billy Graham.

Tapi ketua jemaat berhasil meyakinkan Billy Graham, sehingga Charlie Riggs dipercaya mengisi posisi itu. Charlie tidak menyia-siakan kepercayaan itu. Dia bekerja dengan sungguh-sungguh. Hasilnya, acara KKR di  New York itu berlangsung sukses, bahkan menjadi model bagi penyelenggaraan acara KKR di tempat-tempat lain selama bertahun-tahun. Billy Graham berkata, “Saya semula tidak menyangka dia  bisa melakukannya.  Tetapi saya yakin-bahwa Charlie sangat bergantung pada Roh Kudus, yang saya tahu Tuhan melakukannya melalui Charlie.”

Charlie Riggs pensiun setelah puluhan tahun melayani Tuhan secara efektif. Apa rahasianya? Bagaimana mungkin orang yang hanya punya sedikit pendidikan formal bisa mencapai posisi setinggi itu dan demikian lama?

Charlie Riggs berkata, “Saya selalu minta Tuhan masuk ke dalam kepala saya. Itulah sebabnya, ketika saya mendapat tugas, kalau tidak ditolong oleh Tuhan maka saya tidak bisa apa-apa."

 

Lukisan Terindah

03 December 2011

Timanthes

Lebih dari dua ribu tahun lalu, ada seorang seniman muda bernama Timanthes yang belajar melukis di bawah bimbingan guru ternama. Setelah bertahun-tahun belajar, Timanthes berhasil menghasilkan lukisan yang sangat indah. Sayangnya, setelah itu Timanthes lebih suka duduk berlama-lama sambil mengagumi hasil karyanya itu.

Suatu pagi, ketika dia datang lagi untuk menikmati karyanya, dia terkejut karena lukisannya itu sudah berlepotan dengan cipratan cat.  Dengan marah dia mendatangi gurunya.  Gurunya mengakui bahwa dia sengaja mengotori lukisan Timanthes itu. "Saya melakukannya demi kebaikanmu sendiri. Lukisan itu telah menghambat kemajuanmu. Sekarang mulailah melukis lagi. Coba lihat apakah kamu bisa bikin yang lebih baik lagi, atau tidak!"

Timanthes menuruti nasihat gurunya.  Dia membuat lukisan lagi yang diberi judul "Pengorbanan Iphigenia". Lukisan ini termasuk salah satu karya klasik yang terbaik.

Inspeksi Mendadak

02 December 2011

Robert

Robert Wood Johnson, pimpinan perusahaan Johnson & Johnson, sering membuat anak buahnya kalang kabut karena gemar mengadakan inspeksi mendadak ke kantor-kantor cabang.

Suatu hari, seorang manajer di kantor cabang mengetahui bahwa setengah jam lagi Johnson akan menginspeksi kantornya. Dengan panik dia segera memerintahkan anak buahnya agar menyembunyikan beberapa gulungan besar kertas di atas atap kantor.

Ketika Johnson tiba di kantor cabang itu, wajahnya terlihat marah sekali.

“Mengapa banyak sekali sampah di atap kantor ini?" tanyanya dengan geram.

Olala....rupanya manajer itu tidak menyangka kalau Johnson akan datang dengan helikopter pribadi dan mendarat di atap kantor.

Jika Raja Letih Memerintah

Henri

Pada abad kesebelas, raja Henry III yang memerintah Bavaria merasa letih menjadi raja. Dia mendatangi biara dan menemui Prior Richard untuk meminta ijin supaya boleh tinggal di biara itu selama sisa umurnya.

 “Yang Mulia,” kata Prior Richard, “apakah Anda mengerti bahwa salah satu sumpah untuk bisa tinggal di sini adalah ketaatan. Saya kira sumpah ini akan menyulitkan Anda karena Anda adalah seorang raja.”

“Saya bisa mengerti,” kata Henry, “selama sisa hidup, saya akan taat pada Anda, sebagaimana Kristus telah memimpin Anda."

“Kalau begitu, saya akan memberikan perintah pada Anda," kata Prior Richard. “Kembalilah ke istana dan bekerjalah sebagai raja dengan setia dimana Tuhan telah menempatkan Anda."

Henry menaati perintah itu. Dia kembali bertahta.

Ketika raja Henry meninggal, dalam surat wasiatnya dia menulis: "Raja telah belajar memerintah di dalam ketaatan."

KONSER NIKTA

04 May 2010

Poster Konser

Saksikan Konser Nikita yang terakhir

Peta A La Kirana

25 February 2010

Suatu siang , kami kedatangan tamu yaitu hamba Tuhan dari Gresik. Mereka sedang mencari keluarga yang pernah menjadi anggota jemaatnya dan sekarang pindah ke kota kami.
Kami memberikan nomor handphone keluarga tersebut, namun nampaknya nomornya sudah ganti. Tamu kami lalu memutuskan untuk langsung mengunjungi keluarga itu saja. Untuk mempermudah pencarian, maka isteriku menggambar denah arah menuju rumah keluarga itu di atas selembar kertas.
***
Sorenya, Kirana mengajakku main ke toko buku. Sebenarnya aku senang karena Kirana sekarang lebih senang mengajak main ke toko buku daripada ke mal. Akan tetapi saat itu, masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. "Nanti malam saja ya," jawabku.
"Kalau nanti malam, tokonya keburu tutup Pa. Ayolah, kita ke sana sekarang," desaknya sambil menari-narik tanganku.
"Oke, Papa menyelesaikan pekerjaan dulu," kataku. "Pakai jaketmu dulu!"
Kirana lalu pergi.
Selesai mematikan laptop, aku segera mengeluarkan sepeda motor dan bersiap pergi. Tapi Kirana justru tidak muncul-muncul juga. Mulai tak sabar, aku masuk ke rumah lagi dan mendapati Kirana sedang corat-coret di atas selembar kertas HVS.

Corat coret

"Kamu gimana sih? Tadi buru-buru mengajak Papa ke toko buku, sekarang malah nggambar-nggambar," kataku jengkel.
"Kirana sedang menggambar peta Pa," jawabnya sambil mengangkat kertas. "Nanti kalau ke toko buku kita lewat jalan ini ya," lanjutnya sambil menyerahkan "peta" buatannya.
Aku terrdiam sesaat dan memeluk tubuhnya. "Maafkan, papamu telah salah sangka."
***
Rupanya ketika mamanya menggambar denah untuk tamu, Kirana mengamati lalu menirunya. Anak-anak belajar dengan berbagai cara, bahkan ada yang tak terduga oleh orangtua.

Sok Kenal, Sok Dekat [SKSD]

21 February 2010

Kata orang, wartawan yang baik itu harusnya hasil blasteran antara ilmuwan dan wartawan. Maksudnya, wartawan itu harus memiliki otak yang berpikir kritis seperti ilmuwan. Setiap informasi tidak ditelan mentah-mentah tetapi diverfikasi, diuji dan diperiksa kebenarannya. Di sisi lain, meski bersikap kritis [bahkan kadang skeptis], tapi wartawan harus mahir menjalin hubungan pribadi dengan narasumber, luwes dalam pergaulan dan tidak boleh malu-malu. Akan tetapi kalau terlalu sok kenal dan sok dekat juga dapat membuat malu. Inilah yang saya alami. Begini ceritanya.
Waktu itu, kami akan mengangkat laporan utama tentang tulisan apokrif "Injil" Tomas. Kami mendapat informasi bahwa ada narasumber yang sangat berkompeten yang sedang berkunjung di Jogja. Namanya romo V Indra Sanjaya pr. Beliau adalah lulusan Universitas di Roma dan mendalami tentang kitab-kitab apokrif. Informasi itu juga menyebutkan bahwa romo Indra sedang berada di asrama mahasiswa Realino yang bertetangga dengan kantor redaksi.
Ini kesempatan bagus. Maka pak Xaiver lalu menugaskan saya dan Lily Halim untuk mengejar sang narasumber. Saya menyiapkan kamera foto, semantara Lily Halim menyiapkan tape dan kaset. Mengendarai sepeda motor Yamaha milik kantor, kami segera meluncur ke asrama Realino. Bagi Liliy Halim, tempat ini bukan asing lagi baginya karena dia pernah kuliah di IKIP Sanata Darma [sekarang menjadi Universitas].
Saat berjalan masuk, saya bertanya pada Lily Halim, "Mbak Lily sudah mengenal romo Indra?"
"Belum," jawabnya. Blaik! Semula saya menyangka dia sudah tahu yang mana romo Indra. Selain lebih senior daripada saya, dia juga pernah kuliah di sini.
Suasana asrama sangat lengang. Kami bingung harus menemui siapa. Lalu tiba-tiba melintas sosok pria dewasa. Dari postur dan cara berjalannya, sepertinya sih seperti imam katolik. Maka kami menyimpulkan dia pasti romo Indra. Toh, tak banyak orang yang ada di sini.
Segera saja Lily Halim menyodorkan tape dan mengajukan rekaman. Saya segera bersiap memotret sang "narasumber". Namun ada keanehan. Sang "narasumber" kelihatan plenggang-plenggong, tidak tahu harus menjawab apa. Maka kami mulai sadar, jangan-jangan kami salah sangka.
"Bapak yang namanya romo Indra Sanjaya, bukan?" tanya saya dengan senyum kecut.
"Bukan. Saya petugas administrasi di sini," jawabnya. Maka meledaklah tawa kami. Dengan rasa malu, kami minta maaf dan menjelaskan maksud kedatangan kami.
Untunglah bapak itu tidak marah, Dia lalu menjelaskan bahwa romo Indra sudah pergi ke Seminari Kentungan di jalan Kaliurang. Dengan wajah memerah, akhirnya kami pun pamitan.
***
Keesokan harinya, barulah kami berhasil mewawancarai romo Indra yang "asli"

Pindahan Blog

04 March 2009
Blog yang ada di sini sudah tidak akan diupdate lagi. Untuk mengetahui perkembangan terbaru dari blog saya, silakan berkunjung ke blog pribadi saya:

Photobucket


Pak Karyono

08 December 2008

Pemazmur berkata bahwa rata-rata masa hidup manusia adalah tujuh puluh tahun. Jika kuat maka dapat sampai delapan puluh tahun. Hari ini saya menyaksikan orang-orang yang mendapat ‘bonus’ umur dari Tuhan.

Setiap bulan Desember, gereja kami mengadakan acara Christmas Carol. Namun berbeda dengan tradisi barat yang menyanyikan lagu-lagu Natal di keramaian atau ke rumah-rumah untuk mendapatkan sedekah, kami memodifikasinya dengan mengunjungi anggota-anggota jemaat yang karena mengalami keterbatasan fisik mereka tidak dapat merayakan Natal. Kami menghadirkan perayaan Natal ke rumah mereka.

Bertepatan dengan hari Idul Adha, kami membagi diri ke dalam lima kelompok, masing-masing dengan dua mobil menuju tempat-tempat yang telah ditetapkan. Salah satu tujuan rombongan saya adalah rumah pak Karyono. Hari ini dia merayakan ulang tahun yang ke 102 tahun! Wow, umurnya sudah lebih dari satu abad. Dan yang lebih mengherankan, dalam usia sebanyak itu, kesehatannya masih sangat baik. Pendengarannya masih sangat baik, pandangannya masih sangat jernih dan yang lebih dahsyat adalah ingatannya masih sangat kuat. Kepikunan belum menyentuhnya sama sekali.

Pak Karyono

Sebagian dari anggota rombongan kami adalah mantan-mantan murid pak Karyono di SMP Kristen Klaten. Begitu ketemu, pak Karyono langsung mengingat wajah-wajah mereka. “Kamu dulu ‘kan yang jadi mbok emban,” kata pak Karyono kepada bu Diah, pensiunan guru Petra Surabaya. Pak Karyono teringat pada pementasan wayang orang yang sebagian dimainkan oleh orang-orang keturunan Tionghoa di Klaten. Pak Karyono yang melatih mereka.
Ketika melihat pak Komardiyanto, pak Karyono segera memeluknya dengan erat-erat. Pak Komardiyanto bercerita, ketika menjadi dia menjadi murid SMP Kristen, dia senang bermain ke rumah pak Karyono sebab di sana sering mendapat wejangan-wejangan tentang kehidupan. Pak Ko, demikian panggilan akrab pak Komardiyanto, mengagumi kesederhanaan pa Karyono. Meski bergaji pas-pasan, tetapi pak Karyono tidak pernah mengeluh. Setiap tugas diterimanya dengan ikhlas dan penuh sukacita.
“Pada hari ulang tahun ini, apa doa permintaan pak Karyono?” tanya bu Diah.Pak Karyono
“Saya tidak minta umur panjang. Saya hanya minta kesehatan yang baik,” kata pak Karyono dengan lantang. Menurutnya, umur manusia merupakan misteri dari Allah. Sebelum berdoa, pak Karyono bercerita bahwa dia sebenarnya masih berdarah biru. Dia adalah keturunan dari sultan Cirebon.
“Saya bersyukur karena memiliki bapak tiri,” kata pak Karyono dengan suara bergetar, “sebab berkat dia, saya bisa mengenal Kristus.” Dia dibaptis oleh pendeta Belanda yang ada di Klaten. Namun karena sebagian besar jemaatnya tidak bisa berbahasa Belanda, maka gereja yang menjadi cikal bakal GKI Klaten itu lalu dilayani oleh pendeta berdarah Ambon yang berbahasa Indonesia.
Hari itu, saya baru pertama kali bertatapan muka langsung pak Karyono. “Saya suami pendeta Pelangi, pak” kata saya memperkenalkan. “Wah, Anda tambah gemuk,” kata pak Karyono dengan spontan.
“Lho tahu dari mana, pak?” tanya saya.
“Ketika kalian menikah, saya datang kok,” sahut pak Karyono, ”waktu itu, Anda memakai pakaian Jawa.”
Saya mengangguk penuh kekaguman. Peristiwa empat tahun yang lalu itu masih diingatnya dengan baik.
***
Selain mengunjungi pak Karyono, kami juga mengunjungi mak Kuat. Usianya sudah mencapai 85 tahun, tapi tubuhnya masih kuat. Karena osteoporosis, tubuhnya mulai bungkuk. Tapi dia masih kuat berjalan ke Mak Kuatgereja menempuh jarak lebih dari dua kilometer. Dia selalu ikut kebaktian pagi, pukul enam.
Ketika yang orang-orang yang lebih muda, selalu datang terlambat, mak Kuat selalu datang awal. Setengah jam sebelumnya, dia sudah duduk manis di bangku gereja. “Saya malu kalau datang terlambat ke gereja” kata mak Kuat.
Kami juga mengunjungi ibu Tan Lay Tjie (80 tahun), mak Yun dan pak Kamto.
***
Dalam perjalanan pulang, saya mengagumi kesetiaan iman mereka. Dalam usia senja dan keringkihan tubuh, mereka tetap memiliki pengharapan yang kuat di dalam Kristus. Semoga saya dapat meneladani iman sederhana mereka.

Christmas Carol

Lelaku Jalan Salib

03 December 2008

Akibat dari reformasi gereja yang dilakukan oleh Martin Luther, John Calvin dan kawan-kawan, gereja protestan cenderung ‘lebih miskin’ dalam hal laku spritualitas, seperti yang dimiliki oleh gereja katolik. Ketika akan merayakan hari-hari besar gerejawi, pegiat gereja protestan kadang menemui kesulitan dalam merancang kegiatan. Sebagai contoh, pada saat menggelar ibadah Rabu Abu sebagai penanda masa pra paskah, gereja kami kesulitan merancang liturgi ibadah karena belum pernah memiliki tradisi ibadah ini.

Kegagapan serupa juga ditemui ketika Panitia Paskah akan merencang prosesi Jalan Salib pada ibadah Jum’at Agung tahun depan. Atas dasar itu, maka gereja kami memutuskan untuk belajar dari gereja Katolik yang telah lama memiliki tradisi ini. Kami memilih untuk berkunjung dan berziarah ke gereja katolik di Pohsarang.

Fajar hari Sabtu, tanggal 29 Nopember, belum menyingsing, namun kami sudah berkumpul di gereja. Setelah berdoa meminta pertolongan Tuhan, tiga mobil yang mengangkut 15 orang ke arah Solo. Jalan masih sepi. Sesekali kami menyalib truk-truk besar yang berjalan lambat. Sesampai di Pakis, mobil yang dikemudikan pak Bambang Murnanto berbelok kanan menuju arah Baki. Mereka akan lebih dulu mengantar Ny. Budi Nugroho Sulaiman ke Solo Baru. Sementara itu mobil yang saya tumpangi dan mobil yang dikemudikan pak Wim Seimahuira memilih lurus ke arah Kartasura dengan perhitungan jarak yang lebih dekat. Kami bersepakat untuk bertemu lagi di wilayah Perhutani Mantingan, untuk beristrahat sambil sarapan pagi. Namun perhitungan kami meleset. Ketika sampai di wilayah Palur, jalanan sudah sangat ramai oleh anak sekolah dan buruh pabrik. Akibatnya mobil hanya bisa merayap lambat. Rombongan pak Bambang Murnanto justru sampai lebih dulu di titik pertemuan.

Usai sarapan pagi, tanpa membuang waktu, kami melanjutkan perjalanan melewati Ngawi, Nganjuk, Madiun, Kediri, kemudian berbelok ke kanan ke arah Puhsarang. Sampai di lokasi, jarum jam menunjuk 11 (sebelas). Sebelumnya kami membayar retribusi Rp. 6.000,- untuk tiga mobil. Dari tempat parkir, kami harus berjalan meniti tangga sejauh 500 meter sebelum masuk pintu gerbang pertama. Pada bagian luar, berjajar warung sederhana. Yang unik, beberapa warung memutar lagu-lagu rohani dengan suara yang keras. Mungkin ini sebagai alat promosi untuk menarik minat pengunjung. Setelah itu, terdapat kios-kios yang menjual aksesoris kerohanian seperti salib, patung keluarga kudus, lilin, dan jerigen plastik. Untuk apa jerigen plastik? Untuk menampung air yang keluar di gua Maria Lourdess. Mungkin ini semacam air dari sumur Zam-zam yang diyakini umat muslim.

Kios itu juga menjual kaset, CD dan VCD rohani. Ketika saya amati sekilas, semua CD dan VCD yang dijual di sana, semuanya bajakan! Saya bertanya dalam hati:”Apakah orang-orang yang membeli CD atau VCD itu tidak tahu kalau perbuatan mereka ini termasuk pencurian? Lalu apa gunanya mereka beribadah di tempat ini?” Saya tidak menyalahkan para pedagang, sebab sesuai hukum ekonomi ‘ada permintaan maka ada penawaran.’ Seandainya setiap peziarah menyadari bahwa kesalehan yang mereka lakoni juga harus ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari, —dalam hal ini mengemohi barang bajakan—tentunya tidak ada orang yang berminat menggandakan dan menjual barang bajakan itu.

Di ujung deretan kios, kami disambut oleh pintu gerbang yang terbuat dari batu kali. Bagian atas melengkung dan tergantung tulisan “Gua Maria Lourdess”. Begitu masuk, langsung terlihat atap bangunan yang mencolok. Bangunannya mirip pendopo dalam arsitektur Jawa, tetapi setelah diamati lebih dekat ternyata ada perbedaan dan keunikan. Berbeda dengan pendopo yang memiliki empat tiang (soko guru) di tengah, tiang pada bangunan ini justru ada keempat pojok bangunan. Atapnya ditutup menggunakan genting. Uniknya tidak diletakkan di atas kayu usuk, tetapi disusun di atas jaring-jaring kawat baja yang ditarik dan ditembatkan pada keempat tiang besi besar di setiap pojok. Dengan kata lain, bangunan ini mirip sekali dengan tenda di Timur Tengah. Rupanya perancang bangunan ini mendapat inspirasi dari kemah Tabernakel umat Israel. Jika dilihat dari bawah, atap bangunan ini seperti menggelantung pada bagian tengah (Jawa: ngelendhong). Mirip sekali kain tenda yang ditarik pada keempat ujungnya.

Setelah beristirahat sejenal di gedung serbaguna ini, kami berjalan ke area gua Maria. Pada sisi kiri terdapat tebing batu buatan yang sangat tinggi. Pada bagian paling kanan di tebing tersebut, terpasang patung bunda Maria yang snagat besar. Beberapa orang terlihat sedang berdoa dengan khusyuk. Ada pemandangan yang cukup menarik. Saya melihat beberapa perempuan memakai jilbab ada di sana. Entah untuk tujuan apa mereka di sana. Mungkin sekadar plesiran; atau mencari mukjizat kesembuhan; atau untuk tujuan lain. Entahlah, saya tidak sempat berbincang untuk bertanya maksudnya. Tapi setidak-tidaknya saya menangkap aura perdamaian dan cinta kasih di sana.

Tidak lama kami ada di sini, karena tujuan kami adalah ke lokasi Jalan Salib Bukit Golgota, yang ada di paling ujung. Lokasi ini diawali dengan gapura serupa di pintu masuk gua Maria. Begitu masuk lokasi, kami segera menyiapkan diri dalam keheningan. Gemerisik daun bambu yang tertiup angin dan bunyi batang-batang bambu yang bergesekan mewarnai keheningan. Kami memulai prosesi pada perhentian pertama: Yesus Dihukum Mati. Pada setiap perhentian, terdapat sebuah adegan yang menggambarkan peristiwa tersebut. Adegan-adegan yang digambarkan di tempat ini terbilang istimewa. Pada tempat-tempat peziarah yang lain, prosesi jalan salib biasanya digambarkan dalam wujud dua dimensi atau relief, namun di sini, penggambarannya dalam rupa tiga dimensi. Figur-figur dibuat dalam bentuk patung dengan ukuran yang sebenarnya.

Ada lima belas perhentian yang harus dijalani dalam prosesi jalan salib ini.

Perhentian I: Yesus Dihukum Mati;

Perhentian II:Yesus Memanggul Salib-Nya;

Perhentian III: Yesus Jatuh untuk Pertama kalinya di Bawah Salib;

Perhentian IV: Yesus Berjumpa dengan Ibu-Nya;

Perhentian V: Yesus Ditolong Simon dari Kirene;

Perhentian VI: Veronika Mengusap Wajah Yesus;

Perhentian VII: Yesus Jatuh untuk Kedua kalinya di Bawah Salib;

Perhentian VIII: Wanita-wanita Yerusalem Meratapi Yesus;

Perhentian IX: Yesus Jatuh untuk Ketiga kalinya di Bawah Salib;

Perhentian X: Pakaian Yesus Ditanggalkan;

Perhentian XI: Yesus Dipaku di Kayu Salib;

Perhentian XII: Yesus wafat di Kayu Salib;

Perhentian XIII: Yesus Diturunkan dari Salib;

Perhentian XIV: Yesus Dimakamkan;

Perhentian XV: Yesus Bangkit.

Arah prosesi ini melingkar searah jarum jam dan mendaki ke atas bukit. Pada puncak bukit terdapat Perhentian Keduabelas, yaitu Yesus tergantung di atas kayu salib. Setelah itu, arah pejalanan menurun hingga perhentian terakhir. Pada semua perhentian terdapat patung-patung seukuran manusia dewasa di Timur Tengah, namun pada perhentian terakhir hanya terdapat sebuah goa kuburan yang kosong. Di sampingnya ada batu besar penutup goa yang telah terguling.

****

Dokter Hendropriyono mengaku terkesan dengan prosesi jalan salib ini. Dia sudah lebih dari satu kali berziarah di Pohsarang ini. Tapi setiap kali datang, dia mengaku mendapatkan berkat rohani yang baru. Hal senada diungkapkan oleh ibu Roestanto. Janda pendeta ini juga sudah pernah berziarah di sini, tapi dia selalu merasa mendapat pembaharuan iman setiap kali berziarah di sini. Meski usianya sudah lanjut dan fisiknya sudah lemah, tapi ibu Roestanto masih bersemangat mengikuti proses ini hingga tuntas. Pada perhentian tertentu, dia terlihat menitikkan air mata.

***

Sekitar pukul dua siang, rombongan kami bergerak pulang. Sebelumnya kami mampir di kota Kediri untuk membeli oleh-oleh khas kota ini, yaitu Tahu Pong dan Tahu Takwa. Harganya Rp.1.000,-/besek, isinya 10 potong tahu. Oleh-oleh lain yang juga khas kota ini adalah kopi bubuk, gethuk pisang dan krupuk padang pasair (krupuk yang digoreng menggunakan pasir panas)..

Setelah menyantap makan siang, rombongan bergegas menuju kota Klaten. Perjanlanan pulang lebih lancar daripada keberangkatan. Selepas Maghrib, kami sudah memasuki kota Solo. Maki beristirahat sejenak untuk makan malam di lesehan Kotta Barat. Setelah itu meluncur ke Klaten. Sampai di rumah sekitar pukul delapan malam.

Kepakkan Sayapmu: Buku yang Inspiratif

13 September 2008
Saya ingin membagikan suacita. Telah terbit lagi buku karya saya yang terbaru!
Judul: "Kepakkan Sayapmu; Kisah-kisah Inspiratif yang Membangkitkan Semangat."
Penerbit: Manna Media Publishing
Berikut saya kutipkan kata pengantarnya:


From Cover Buku

Sebuah nasihat bijak mengatakan, "Belajarlah dari kesalahan orang lain, karena kamu tidak akan hidup selama itu melakukan semua kesalahan itu."

Manusia adalah makhluk yang cerdas. Dia belajar dari kesalahan supaya tidak melakukan lagi kesalahan yang serupa. Lebih dari itu, manusia juga dapat belajar dari orang lain. Tidak hanya dari kesalahan yang dilakukan oleh orang lain, tetapi juga dari keberhasilannya.

Buku ini menyajikan kisah-kisah singkat kehidupan yang menyentuh hati. Sebagian besar dari cerita ini adalah penggalan kehidupan tokoh-tokoh dunia, yang sungguh-sungguh beriman kepada Kristus. Setiap cerita mengandung kebijaksanaan (wisdom). Di sini kita dapat melihat bagaimana tokoh-tokoh iman tersebut menerapkan prinsip-prinsip alkitabiah dalam pelayanan dan kehidupannya sehari-hari.

Saya mengumpulkan cerita-cerita ini dalam rangka mencari ilustrasi renungan, yang saya sampaikan dalam persekutuan kelompok dan kebaktian remaja di gereja saya. Ketika saya amati, ternyata pendengar renungan mendapatkan berkat cerita-cerita ini. Saya berharap, dengan membaca buku ini, Anda pun ikut terinspirasi oleh cerita ini. Anda mendapatkan kekuatan baru untuk menjalani hidup ini. Seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; Anda berlari dan tidak menjadi lesu, Anda berjalan dan tidak menjadi lelah (Yes. 40:31).


Buku Humorku Terbaru

Telah terbit Buku Humorku jilid 7 dan 8. Setelah menunggu sekitar tiga tahun, akhirnya buku humorku terbit juga.
Naskah ini sebenarnya sudah diserahkan ke penerbit pada bulan September 2005, namun karena berbagai alasan, akhirnya baru terbit sekarang. Naskah ini memegang rekor terlama dalam hal proses penerbitan bukuku. Tapi rekor ini masih akan terpecahkan. Soalnya, buku ini sebenarnya satu buku besar yang dipecah menjadi 3 judul buku kecil. Masih ada bagian ketiga yang masih belum terbit.
Covernya gaul banget dengan warna-warni ngejreng. Finishing menggunakan metode laminating plastik sehingga kelihatan mengkilap.

From Cover Buku

Berikut Pengantar Tawa buku tersebut:

"Dokter, telinga saya seperti mendengar bunyi deringan."
"Jangan diangkat!"


Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tertawa itu berpengaruh baik untuk kesehatan. Artikel berjudul Science of Laughter, yang dimuat dalam Situs Discovery Health menulis: "Ketika kita tertawa, sel pembunuh alami yang membasmi tumor dan virus mengalami peningkatan, termasuk juga pertambahan Gamma-interferon (sebuah protein yang melawan penyakit), Sel-T (penting untuk sistem kekebalan tubuh) dan sel-B (yang meningkatkan antibodi). Selain menurunkan tekanan darah, tertawa juga dapat mempercepat proses penyembuhan."
Humor dapat meringankan sakit. Seorang yang tertawa akan melepaskan painkiller alami yang disebut endorphin. Sementara itu, guyonan baik yang dilakukan secara teratur dapat membantu pikiran fokus pada sesuatu dan mengesampingkan rasa sakit.
Manfaat tertawa paling spektakuler dialami oleh Norman Cousins. Dia menderita penyakit langka dan terbaring tak berdaya di rumah sakit. Ketika dokter mengatakan penyakitnya tak mungkin tersembuhkan, Cousins keluar dari Rumah Sakit. Dia berpikir, jika hati yang sedih berpengaruh buruk bagi kesehatan, maka hati yang gembira pasti punya efek sebaliknya. Maka, dia pun menyewa proyektor dan film-film lucu.
Tak berapa lama, dia segera mendapat manfaatnya. Hanya dengan tertawa selama 10 menit, ternyata dapat membuatnya tidur nyenyak selama dua jam. Secara ajaib, penyakitnya juga mulai mengalami kesembuhan. Setelah kisah hidupnya ini dimuat di New England Journal of Medicine, Cousins menerima lebih 3000 surat kekaguman dari para dokter di seluruh dunia.

Dokter berkata, "Anda akan hidup sampai usia 60 tahun."
"Sekarang saya berumur 60 tahun.!"
"Nah, betul 'kan kata saya?"

From Cover Buku


Tertawa juga bermanfaat bagi kesehatan mental karena dapat mengurangi tingkat stress, memadamkan amarah dan merukunkan keluarga pada masa-masa susah. Menertawakan diri sendiri atau sebuah kejadian dapat membantu kita melihat sebuah permasalahan dari sudut pandang yang berbeda. Hal ini akan meningkatkan objektivitas dan pemahaman dalam memandang sebuah peristiwa.
Tertawa merupakan jarak terpendek di antara dua orang. Demikian kata pepatah lama. Tertawa bersama dapat mempererat ikatan di antara dua orang. Pernikahan dan keluarga membutuhkan humor dalam kehidupan sehari-hari. Selain untuk mengakrabkan, humor juga dapat meringankan hati pada saat keluarga itu menjalani masa-masa kehidupan yang berat.

Seorang laki-laki bercakap-cakap dengan temannya.
“Aku baru saja bertengkar dengan istriku.”
“Oh, ya? Lalu bagaimana akhirnya?” tanya temannya.
“Begitu selesai bertengkar, istriku mendatangiku sambil berlutut dan menundukkan kepalanya.”
“Wah hebat, dong,” ujar temannya kagum, “lalu dia bilang apa?”
“Dia berkata begini: ‘Hei keluar dari bawah ranjang, pengecut!’”


Dalam kehidupan sosial, humor dapat digunakan untuk memecahkan suasana kebekuan dalam sebuah pertemuan. Sebuah rapat yang semula berlangsung alot, panas dan menuju pada deadlock, akhirnya menjadi cair dan mengalami kemajuan berkat campur tangan humor. Pengkhotbah, pembicara dan pendidik dapat memanfaatkan humor untuk memancing perhatian khalayak.
Saya berharap buku kecil ini dapat memancing inspirasi untuk selalu bersukacita dalam kehidupan sehari-hari. Hidup ini indah! Hidup ini terlalu singkat dan terlalu berharga untuk dijalani dengan muka cemberut. Bersukacitalah! Terimakasih saya kepada penerbit Metanoia yang setia menebarkan benih-benih sukacita ini pada semua orang.

"Hati yang gembira menyehatkan badan; hati yang murung mematahkan semangat." --
Amsal 17:22


Purnawan Kristanto

****

Sedangkan tulisan berikut ini terpampang di sampul belakangnya:
Kapan terakhir kali anda tertawa lepas tanpa terganggu oleh masalah yang sedang Anda hadapi ? rutinitas yang kita jalani setiap hari terkadang membuat kita lupa bahwa sekadar tertawa pun perlu kita lakukan setiap hari karena tertawa bisa membuat kita tetap gembira, lepas dari ketegangan, dan jauh stress. Tertawa tidak hanya memunculkan kegembiraan, tetapi juga bermanfaat dalam penyembuhan berbagai penyakit. Banyak penelitian menunjukkan bahwa tertawa memberikan efek positif pada kesehatan seseorang. Jadi sudahkah Anda tertawa hari?

Hanya Pelayan Kecil

07 May 2008
Hudson Taylor diundang sebagai pembicara di gereja Presbyterian yang besar di Melbourne, Australia. Sang moderator dalam acara itu mengenalkan missionaris dengan bersemangat. Kepada jemaat, dia mengatakan bahwa Taylor berhasil menjadi penginjil di negeri Cina. Dia menyebut Hudson Taylor sebagai "tamu kita yang termasyhur".

Ketika tiba giliran untuk berbicara, Taylor berdiri dan berdiam sejenak. Dia memulai khotbahnya dengan berkata, "Teman-teman yang terhormat, perkenalkan saya adalah pelayan kecil milik Tuhan yang termasyhur."

Menginjili itu Sederhana

Dr. Lewis Sperry Chafer, penginjil dan pendiri Dallas Theological Seminary, sedang berjalan sendirian ketika dia melihat penjaga lintasan kereta api yang duduk sendirian di posnya. Dia memerhatikan bahwa pria itu sedang membaca Alkitab ukuran besar untuk keluarga. Meskipun ada tulisan "Dilarang Masuk," terpampang di pintu pos itu, tapi Dr. Chafer tetap saja masuk pos itu untuk menyapa pria itu.

"Sedang apa, Pak?" tanya Dr. Chafer.

"Sedang membaca Alkitab," jawab pria itu.

"Apakah Bapak sudah diselamatkan?"

"Rasanya saya tidak pantas untuk diselamatkan."

Dr. Chafer berkata,"Pak, jika Tuhan bersedia memberi pengecualian pada Anda dan memberikan keselamatan, apakah Anda mau menerima pemberian itu?"

"Tentu Anda akan menganggap saya sebagai orang bodoh jika menolak pemberian seperti itu," jawab penjaga lintasan kereta api itu.

Chafer lalu meminta pria itu untuk membaca Yohanes 10:28. Cukup lama pria ini mencari ayat yang dimaksud, tapi akhirnya ketemu juga. Dia membaca, "Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku"

Lalu Chafer meminta dia membaca Roma 6:23,"Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita"

Pria ini terpana. Dia berkata,"Hai, orang asing. Saya tidak mengenal siapa Anda, tetapi Anda telah melakukan hal yang besar kepada saya."

Dengan lembut Chafer menjawab,"Apa yang saya lakukan kepada Anda? Saya sebenarnya telah menjebak Anda. Tadi Anda mengatakan bahwa jika pemberian itu ada, maka Anda mau menerimanya. Sekarang bagaimana?"

"Saya akan menerimanya sekarang juga" jawab penjaga lintasan itu. Maka Dr. Chafer mengajaknya berdoa bersama untuk mengundang Yesus sebagai Juruselamat pribadinya.

Ternyata mengabarkan Injil bisa dilakukan dengan sederhana, dalam kehidupan sehari-hari kita.